Bagaimana sebuah perencanaan keuangan dilakukan, oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan untuk memperoleh uang dari hasil kerja atau usahanya.
Uang yang didapatkan oleh seseorang dari hasil kerja atau usahanya, prioritas utama adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup adalah biaya-biaya yang harus kita keluarkan untuk bertahan hidup. Indikatornya mudah, jika kita tidak mengeluarkan biaya tersebut, maka kualitas hidup kita terancam, bisa menderita sakit atau bahkan kematian. Selebihnya baru kita tabung. Menabung sendiri bisa diberikan tujuan untuk setiap pos-nya. Menabung bisa terdiri atas beberapa tujuan yang spesifik, misal menabung di rekening A untuk dana darurat, menabung di rekening B untuk dana pendidikan anak, menabung di rekening C untuk dana hari tua, dan seterusnya. Jika kita bisa memiliki pos tabungan lebih dari 3 tujuan yang spesifik, saya bisa pastikan kemungkinan besar kondisi keuangan orang tersebut cukup baik. Kecuali ia memiliki kesulitan untuk memilah antara pemenuhan kebutuhan dan keinginan.
Pertanyaan yang sering muncul berikutnya, sebaiknya kita menabung di mana? dalam bentuk apa? Mengapa tidak menabung dalam bentuk investasi? Tunggu sebentar, mari kita lihat situasi dan kondisinya secara lebih seksama.
Jika kita adalah seseorang, lajang, baru mulai bekerja, setelah terpenuhi kebutuhan hidup, sangat disarankan untuk memiliki sebuah tabungan proteksi yang mampu melindunginya dari kondisi sakit yang membutuhkan rawat inap dan kondisi sakit berat. Besarnya uang yang harus disisihkan untuk tabungan proteksi ini sekitar 10% hingga 15% dari pendapatan bersihnya. Semakin besar penghasilan bersihnya tentu semakin besar pula nilai rupiah yang bisa ia sisihkan di rekening ini.
Mengapa sejak lajang, seseorang harus sudah memiliki rekening proteksinya sendiri? Agar kelak ketika karirnya menanjak, pendapatannya meningkat, statusnya berubah menikah, ia bisa fokus ke strategi perencanaan selanjutnya.
Mengapa merencanakan keuangan sejak dini menjadi penting? Karena tanpa sebuah perencanaan, uang yang kita peroleh dari hasil kerja dan usaha, bisa habis tak bersisa tanpa wujud dan manfaat yang jelas. Perencanaan keuangan ini akan membantu meminimalisir terjadinya kegagalan finansial di masa depan seseorang.
Saya pribadi pernah menerapkan perencanaan keuangan dengan metode amplop, sebelum saya menikah. Di amplop-amplop tersebut saya tentukan pos-pos biaya hidup saya selama sebulan, ada pos makan, pos transport, dan pos pulsa, selain itu uang masuk ke pos saving dan dana tak terduga. Sangat manual, namun saya merasa cukup efektif ketika itu, karena terbukti saya bisa fokus dengan rencana keuangan yang saya buat, dan tidak pernah mengalami defisit keuangan dalam bulan berjalan. Saya tidak pernah meminjam uang dari orang lain, atau pun Bank pada saat itu.
Hari ini, dengan sejumlah aplikasi dan e-money yang ada, sesungguhnya kita semakin dimudahkan untuk mengelola keuangan kita, namun disisi yang lain godaan akan keinginan pun semakin menggila, dan ada di tangan kita sendiri. Dibutuhkan sebuah kematangan diri untuk bisa lekat dengan rencana keuangan yang dibuat, dan oleh karena itu seorang Perencana Keuangan sangat dibutuhkan untuk bisa membantu seseorang agar fokus pada cita-cita dan impiannya.
Untuk sebuah keluarga, perencanaan keuangan dasar menjadi lebih banyak item-nya. Selain pos biaya hidup, dan biaya rutin, kita mulai perlu siapkan pos biaya kesehatan, biaya pendidikan anak, biaya tak terduga, biaya liburan, biaya kurban, dan sebagainya. Item-nya semakin banyak, namun jangan khawatir karena income setelah menikah biasanya selalu meningkat berkali-kali lipat dibandingkan ketika masih lajang. Gak percaya??? Silakan dibuktikan sendiri. Jika rencana keuangan sudah dibuat, selanjutnya kita hanya perlu berdisiplin diri, dan menghindarkan diri dari godaan diskon yang terkutuk.