Dahulu saya tidak terlalu memperhatikan hal ini. Soal apa? Tentang perencanaan keuangan, salah satunya tentang pengeluaran biaya kebutuhan hidup.
Dulu waktu kuliah, di kurun 1997 – 2004, dengan uang 500 ribu, saya bisa mencukupi kebutuhan hidup saya untuk sebulan. Oleh karenanya ketika mulai berpenghasilan, saya selalu bisa menabung per bulan antara 100 ribu sampai 500 ribu.
Ketika pindah ke Jakarta tahun 2005 dan bekerja untuk pertama kalinya, dengan gaji 1,7 juta, saya bisa beli motor seken dengan cara nyicil setelah 4 bulan bekerja.
Ketika mulai bekerja di Astra, tahun 2006 hingga 2009, setelah berkeluarga, di sanalah saya mulai tidak bisa menabung rutin setiap bulan. Kekurangan? Tidak, cukup, pas malah, tapi tidak bisa menabung. Harapan menabung datang ketika menerima THR dan bonus akhir tahun.
Ternyata setelah saya belajar di bidang perencanaan keuangan secara lebih mendalam, apa yang telah saya lakukan itu ternyata salah. Hal benar yang harus dilakukan sejak awal adalah menyisihkan sejumlah rupiah di awal untuk ditabung/diinvestasikan secara konsisten.
Jika Anda adalah seorang karyawan yang baru bekerja, masih lajang, langkah awal yang tepat adalah segera sisihkan 40% penghasilan Anda untuk ditabung dan diinvestasikan. 60% sisanya anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Lakukan ini secara konsisten selama 2 tahun pertama karir Anda, Anda sudah memiliki fondasi finansial yang cukup baik.
40% itu ditabung dan diinvestasikan ke mana? Saran saya, Anda bisa ambil produk tabungan proteksi yang bisa memberi manfaat perlindungan jiwa, perlindungan sakit kritis, kartu kesehatan dan ada nilai investasi. Produk ini penting untuk dimiliki sejak awal, karena dengan usia masuk yang masih muda, alokasi tabungan yang optimal, manfaat yang didapat pun akan optimal juga.
Perlu diingat, income dan karir Anda akan meningkat seiring dengan waktu, jadi nominal yang Anda tabung hari ini, jika sudah optimal, akan bisa bertahan hingga 5 tahun mendatang, sebelum di-evaluasi kembali. Pada saat kita mengevaluasi perencanaan keuangan Anda di tahun kelima, di situ income dan karir Anda sudah jauh meningkat dibandingkan saat ini.
Setelah itu, Anda bisa buat rekening dana darurat dalam bentuk deposito. Anda juga bisa mulai membeli reksadana, secara teratur.
Sebagai informasi di tahun 2020, seorang karyawan di kawasan bisnis, di Jakarta, perlu mengeluarkan uang minimal 15 ribu untuk makan siang yang sederhana. Lebih dari itu, ia bisa mengeluarkan uang hingga 50 ribu per makan siang. Jika dikali 20, sudah 1 juta rupiah sendiri untuk biaya makan siang yang bersangkutan. Belum biaya operasional lain seperti transportasi, listrik dan pulsa, serta biaya hidup sehari-hari. Semua itu perlu direncanakan dengan cermat agar kita terhindar dari bencana finansial.